Jumat, 01 November 2019

Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat

Kelompok sosial bukan merupakan kelompok yang statis. Setiap kelompok sosial akan mengalami perubahan dan perkembangan. Unsur-unsur yang dapat memengaruhi proses reformasi dalam kelompok ada yang berasal dari luar dan ada yang berasal dari dalam.

Pengaruh dari luar yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada kelompok sosial misalnya masuknya unsur-unsur baru yang berasal dari kelompok lain, adanya konflik dengan pihak luar baik
individu maupun kelompok. Sedangkan adanya perubahan struktur dalam kelompok dan terjadinya konflik antara individu-individu di dalam kelompok merupakan faktor dari dalam yang dapat memengaruhi perubahan kelompok sosial.

Atas dasar perjalanan dan proses yang terjadi dalam hubungan yang terjadi antarkelompok dapat diidentifikasi berbagai pola hubungan. Kontak atau hubungan antarkelompok sering diikuti oleh proses diskriminasi, dominasi, akulturasi, pluralisme, atau integrasi.

1. Diskriminasi
Menurut Kinloch kelompok mayoritas diartikan sebagai suatu kelompok yang menganggap dirinya normal, sedangkan kelompok lain ( kelompok minoritas) dianggap tidak normal, sehingga mereka (kelompok minoritas) cenderung mengalami eksploitasi dan diskriminasi. Diskriminasi adalah perlakuan berbeda terhadap orang yang masuk dalam kategori tertentu.  Perlakuan diskriminasi antarkelompok dalam masyarakat yang sering kita jumpai adalah:

a. Rasisme
Rasisme merupakan suatu ideologi. yang lebih didasarkan pada upaya-upaya penegasan dan pembedaan ras. Rasisme dapat diartikan sebagai paham yang memandang rendah terhadap ras lain di luar rasnya sendiri. Sehingga ideologi ini membenarkan adanya perilaku diskriminasi terhadap anggota kelompok ras lain. Bentuk nyata dari rasisme ini adalah rasialisme. Misalnya pembedaan perlakuan terhadap orang-orang kulit hitam yang dilakukan oleh orang-orang kulit putih.

b. Sekisme
Sekisme dapat diartikan sebagai diskriminasi dari laki-laki terhadap perempuan. Dalam hal kecerdasan dan kekuatan fisik laki-laki dianggap lebih tinggi daripada perempuan.  Misalnya dalam masyarakat kita masih dijumpai orang tua yang lebih mengutamakan pendidikan formal bagi anak laki-laki daripada anak perempuan.

Bentuk perlakuan diskrimininasi yang dialami oleh sebagian kelompok sosial dalam masyarakat dapat berasal dari prasangka dan stereotipe dari kelompok lain.
  1. Prasangka merupakan dugaan yang tidak didasarkan pada pengetahuan, pengalaman atau bukti yang cukup memadai. Adanya prasangka berawal dari adanya agresi karena usahanya untuk memperoleh kekuasaan dihalangi atau dihambat oleh kelompok lain, sehingga ia kemudian mengkambinghitamkan kelompok tersebut.  Misalnya pandangan laki-laki yang cenderung menganggap perempuan adalah makhluk yang hanya mengandalkan emosi dan kurang rasional. Pandangan orang kulit putih yang mengangap orang kulit hitam tidak tahu diri dan tidak bertatakrama, dan lain-lain.
  2. Stereotipe merupakan suatu konsep yang erat kaitannya dengan konsep prasangka. Orang yang menganut stereotipe mengenai kelompok lain. Menurut Kornblum stereotipe dianggap sebagai citra yang kaku mengenai suatu kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut.  Misalnya stereotipee yang berkembang dalam masyarakat yang memandang kelompok yang berada pada lapisan bawah masyarakat bersifat malas, tanpa tanggung jawab, tidak berambisi, bodoh, malas, dan tidak dapat menahan diri.

2. Dominasi
Dominasi adalah perilaku yang ditunjukkan dengan menguasai kelompok lain. Dominasi berkaitan dengan adanya kelompok mayoritas dan minoritas. Adanya kelompok mayoritas biasanya diukur berdasarkan pada jumlah (besarnya) anggota dan kekuatan suatu kelompok. Dengan unsur-unsur tersebut akan memudahkan kelompok mayoritas dalam menguasai kelompok minoritas.

Menurut Kornblum ada 4 (empat) macam kemungkinan proses yang dapat terjadi dalam suatu hubungan antarkelompok yang didasarkan adanya dominasi, yaitu pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota suatu kelompok, pengusiran, segresi, dan asimilasi. Misalnya bentrokan antarkelompok yang diwarnai pembunuhan dan pembakaran kawasan hunian telah mengakibatkan terjadinya gelombang pengungsian sejumlah besar warga kelompok imigran (pendatang) asal Madura dari kabupaten Sambas.

3. Akulturasi
Akulturasi adalah berbaurnya unsur-unsur dua kelompok atau lebih tanpa menghilangkan unsur-unsur asli atau kepribadian kelompok tersebut. Akulturasi antarkelompok dapat terjadi manakala unsur-unsur dalam kelompok tersebut bertemu dan saling berbaur dan berpadu. Biasanya kelompok-kelompok yang berakulturasi adalah kelompok-kelompok yang posisinya relatif sama.

Proses Akulturasi antarkelompok yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kelompok asing dengan unsurunsur kelompoknya sendiri. Dengan demikian unur-unsur tersebut tidak lagi dianggap sebagai unsur asing, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kelompok sendiri.

Masjid Kudus merupakan contoh akulturasi dalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang memadukan antara unsur Islam dan Hindu.

4. Pluralisme
Pluralisme adalah paham yang menghargai adanya perbedaan dalam masyarakat dan memperbolehkan kelompok-kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap memelihara keunikan budayanya masing-masing.
Kelompok sosial bukan merupakan kelompok yang statis Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Contoh pluralisme di indonesia misalnya keragaman etnik/suku bangsa yang ada di Indonesia dengan
berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya. Masing-masing etnis tersebut tetap menjaga dan melestarikan kebudayaannya sendiri sebagai ciri dari suku bangsa tersebut dan membedakannya dengan suku bangsa yang lain, walaupun demikian masing-masing suku bangsa tersebut memiliki
kedudukan hukum yang sama di dalam negara Indonesia dan tidak ada pembedaan di antara suku-suku tersebut, seperti masyarakat Jawa yang menganut sistem patrilinieal dan masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal.

5. Integrasi 
Integrasi merupakan pola yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat. Hak dan kewajiban yang terkait dengan ras seseorang tidak ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diraih dengan usaha. Pembedaannya hanya berkaitan dengan ciri-ciri badaniah saja.

Contoh integrasi misalnya kebudayaan kelompok etnis Cina di Indonesia. Pada sekarang ini etnis Cina sudah dapat diterima sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, mereka sudah dapat dengan leluasa menyelenggarakan segala bentuk peribadahan sesuai dengan kepercayaan yang diyakininya. Pertunjukkan kesenian etnis Cina pun semakin marak dan ditonton oleh berbagai kalangan di masyarakat.

Faktor-faktor yang mendukung integrasi sosial di Indonesia antara lain:
  1. Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama. Dalam hal ini adalah pancasila. Pancasila hendaknya dijadikan pegangan, pedoman, dan tujuan dari semua kelompok yang ada serta menjadi nilai kehidupan yang mengatur kehidupan berbangsa.
  2. Adanya rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. Kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat hendaknya menyadari bahwa mereka memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, sehingga dapat meminimalisir adanya keinginan-keinginan dari kelompok suku bangsa untuk memisahkan diri dari NKRI.