Rabu, 06 November 2019

Contoh dan Makna serta Arti Peribahasa


Contoh dan Makna serta Arti Peribahasa
Berikut ini ditulisakan pengertian dan penggolongan peribahasa. Tidak hanya itu, dalam tulisan ini juga disertakan 144 peribahasa beserta maknanya. Yang termasuk peribahasa adalah adalah perumpamaan, bidal, pepatah, dan juga ungkapan. Bidal dan pepatah biasanya mengandung nasehat atau petunjuk. Pepatah dari kata dasar patah; dimaksudkan untuk mematahkan kata/ucapan orang (yang sombong dan sebagainya). Dimaksudkan untuk menyangkal perkataan orang tersebut. Misalnya bila ada seseorang yang menyombongkan diri tentang keberaniannya dan sebagainya dan ada orang yang mengetahui bahwa yang diucapkan sebenarnya tidak benar, maka orang yang mengerti tersebut berkata “Anjing menyalak tidak menggigit!” maka akan patah dan terhentilah ucapan orang yang sombong tadi.

Berikut ini dituliskan 114 peribahasa beserta makna dan artinya:
  1. Ada gula ada semut = orang kaya (sesuatu yang menguntungkan) biasanya dikerumuni orang untuk ikut merasakan kekayaannya.
  2. Adakah dari telaga  jernih mengalir air yang keruh? = dari orang baik/sumber yang baik tentu akan mengeluarkan kata-kata (sesuatu) yang baik pula.
  3. Adat sepanjang jalan cupak sepanjang betung = masing-masing negeri/wilayah/daerah/tempat memiliki adat dan kebiasaan masing-masing yang mungkin berbeda.
  4. Adat teluk timbunan kapal = orang miskin minta pertolongan kepada orang yang kaya.
  5. Ada udang di balik batu = ada maksud lain yang tersembunyi dari hal yang dilakukan.
  6. Adat tua menanggung ragam = orang tua biasa menanggung bermacam-macam cobaan.
  7. Air beriak tanda tak dalam = orang yang sombong tapi ilmunya tidak dalam (tak pandai)
  8. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga = biasanya tingkah laku anak sama dengan orang tuanya.
  9. Air jernih ikannya jinak = negeri yang tidak keruh (teratur, tenteram, makmur) rakyatnya juga akan sentosa dan sejahtera.
  10. Air susu dibalas dengan air tuba = suatu kebaikan justru dibalas dengan keburukan.
  11. Air tenang menghanyutkan = orang pendiam tetapi sebenarnya pandai (berilmu)
  12. Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan = tidak menghiraukan tanggung jawab sendiri justru melakukan hal yang bukan pekerjaannya.
  13. Anak dipangku kemenakan dibimbing = melakukan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab sebaik-baiknya.
  14. Anak kambing takkan jadi anak harimau = anak seorang biasa tidak mungkin menjadi anak seorang bangsawan.
  15. Asam di gunung, garam di laut bertemu dalam belanga = bila sudah jodoh, biarpun terpisah sangat jauh tetap akan bertemu dan berkumpul juga.
  16. Anjing menyalak tidak menggigit = orang yang banyak bicara dan suka mengancam sebenarnya adalah penakut.
  17. Asal itik pulang ke pelimbahan, asal ayam pulang ke lesung = ada pusaka dan kebiasaan tidak mudah ditinggalkan.
  18. Ayam bertelur dalam padi mati kelaparan = orang yang berpenghasilan (mempunyai harta) banyak masih kesulitan uang juga.
  19. Barang siapa menggali lubang, jatuh ke dalamnya = bila orang berniat untuk mencelakakan orang lain, ia sendiri akan mendapat kesialan tersebut.
  20. Bayang-bayang sepanjang badan = perbuatan yang kita lakukan harus sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
  21. Belum beranak ditimang sudah = menganggap sudah menguasai atau memiliki sesuatu yang belum pasti.
  22. Belum bergigi hendak menggigit = menganggap diri sendiri sudah memiliki kemampuan tetapi sebenarnya masih belum.
  23. Belum bertaji sudah berkokok = masih belum cukup (umur/kemampuan) tetapi sudah menyombongkan diri.
  24. Berakit-rakit ke hulu berenang ke tepian = lebih baik orang bekerja keras dulu di awal, baru setelah sukses bisa hidup senang.
  25. Berani karena benar takut karena salah = karena merasa benar orang akan berani melakukan sesuatu, begitu juga sebaliknya.
  26. Berapa berat mata memandang, berat juga bahu memukul = lebih berat orang yang melakukan pekerjaan daripada orang yang hanya melihat saja.
  27. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing = susah dan senang suatu keadaan tetap dilakukan bersama-sama (gotong-royong).
  28. Berdikit-dikit lama lama jadi bukit = harta (ilmu) yang didapat dan dikumpulkan sedikit demi sedikit lama-lama akan menumpuk dan menjadi banyak.
  29. Bergantung di akar lapuk = mengharap pertolongan dari orang yang tidak mampu menolong.
  30. Berjalan peliharakan kaki, berkata peliharakan lidah = dalam mengerjakan segala sesuatu harus berhati-hati.
  31. Berjenjang naik bertangga turun = Adat (tempat/pekerjaan) sesuai dengan aturannya masing-masing.
  32. Berkata peliharakan lidah = dalam berkata harus hati-hati agar tidak menyakiti orang lain.
  33. Berlayar sampai ke pulau berjalan sampai ke batas = dalam mengerjakan segala sesuatu harus sampai pada tujuannya. jangan setengah-setengah.
  34. Bermain air basah, bermain api hangus = tiap-tiap pekerjaan tentu ada risiko yang harus ditanggung.
  35. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh = kalau kita bersatu dalam mengerjakan banyak hal maka kita akan kuat, tetapi kalau memaksakan kehendak pribadi masing-masing maka kita akan lemah dan mudah dihancurkan.
  36. Bertanam tebu di bibir = hanya manis di bibir saja, memaniskan perkataan tapi di dalam hati lain maksudnya.
  37. Besar kapal besar gelombang = semakin tinggi derajat (semakin banyak harta) maka semakin besar pula cobaan/bahaya yang harus dihadapi.
  38. Besar pasak daripada tiang = pengeluaran lebih besar dari penghasilannya.
  39. Biar lambat asal selamat, tak lari gunung dikejar = mengerjakan sesuatu hendaklah dengan tenang supaya berhasil.
  40. Buruk muka cermin dibelah = kita yang salah justru orang lain yang dipersalahkan.
  41. Buruh membadai di atas merendah diharap jangan = jangan mengharapkan sesuatu yang sulit sekali diperoleh.
  42. Cepat kaki ringan tangan = selalu siap sedia dan rela membantu orang yang membutuhkan.
  43. Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu = kita dapat mengetahui hal lain meskipun sulit tetapi tidak dapat mengetahui maksud hati orang lain.
  44. Daripada berputih mata, lebih baik berputih tulang = daripada hidup dalam keadaan malu lebih baik mati saja.
  45. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah = daripada hidup dengan keburukan/rasa malu maka lebih baik mati saja.
  46. Datang tampak muka, pergi tampak punggung = kedatangan maupun kepergiannya disambut dengan baik.
  47. Dibawa tidur keluh kesah, dibawa duduk rasa tak senang = orang yang sedang kalut (galau) atau sedih hati karena banyak yang dipikirkan.
  48. Dilihat rupa dimakan rasa = apa yang dikerjakan hendaklah baik rupanya (tampilannya) enak juga rasanya (bermanfaat).
  49. Diluar bagai madu, di dalam bagai empedu = tipu muslihat jahat selalu dilakukan dengan lemah lembut.
  50. Disangka panas sampai petang kiranya hujan tengah hari = dipikir enak hidupnya sampai hari tua ternyata celaka pada saat muda.
  51. Ditepuk air didulang terpercik muka sendiri juga  = menceritakan keburukan orang lain ternyata diri sendiri juga mengalami hal yang sama.
  52. Ditetak air tak putus = Melakukan pekerjaan yang mustahil (tidak mungkin diselesaikan)
  53. Duduk di bawah-bawah mandi di hilir-hilir = selalu merendahkan diri sendiri.
  54. Duduk seperti kucing melompat seperti harimau = orang yang tampaknya tak berdaya ternyata sebenarnya sangat tangkas dan pandai dalam melaksanakan tugasnya.
  55. Gajah di kelopak mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak = kesalahan diri sendiri yang besar tidak diketahui, kesalahan orang lain yang kecil justru diketahui.
  56. Guru kencing berdiri murid kencing berlari = perbuatan guru yang jelek akan ditiru lebih jelek lagi oleh murid-muridnya.
  57. Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang juga = walaupun kita sudah mati, tetapi kebaikan yang pernah dilakukan tidak akan pernah dilupakan orang.
  58. Harapkan burung terbang tinggi punai ditangan dilepas = karena mengharapkan keuntungan yang jauh lebih besar hasil sedikit yang sudah ditangkap justru dilepaskan.
  59. Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan = membuang sesuatu yang sudah didapatkan untuk mengejar sesuatu yang masih jauh di angan-angan.
  60. harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading = orang mati yang dikenang adalah perilakunya (jasanya).
  61. Hidup segan mati tak hendak = sangat merana hidupnya.
  62. Ia sepanjang hari janji sehabis bulan = tidak pernah menepati janji.
  63. Ibarat menggenggam bara, terasa panas dilepaskan = mengerjakan sesuatu setelah terasa sulit justru ditinggalkan (tidak diselesaikan).
  64. Ilmu yang tiada dengan amal seperti pohon yang tidak berbuah = ilmu yang tidak dilakukan tentu tidak akan bermanfaat.
  65. Indah kabar dari rupa = lebih baik kabarnya daripada kenyataannya.
  66. ingat sebelum kena hemat sebelum habis = kita harus waspada dan mengadakan persediaan sebelum kesulitan datang di hari kemudian.
  67. intan itu biarpun keluar dari mulut anjing sekalipun intan juga = sesuatu yang baik (nasehat) meskipun diucapkan oleh orang yang hina tetaplah menjadi hal yang baik pula.
  68. Jangan dilawan buaya menyelam air = tidak mungkin orang kecil melawan orang yang besar.
  69. Jatuh ditimpa tangga = kemalangan yang datang bertubi-tubi.
  70. Jauh berjalan banyak dilihat lama hidup banyak dirasai = makin jauh orang merantau makin banyak pengetahuannya, makin lama seseorang hidup maka akan semakin banyak pengalaman yang dirasakannya.
  71. jauh di mata dekat di hati = biarpun secara fisik saling berjauhan, tetapi perasaannya selalu dekat.
  72. Jika pandai meniti buih selamat badan di seberang = jika pandai membaca keadaan dan mau untuk bekerja keras  pasti akan mencapai kesuksesan.
  73. Kalau kail panjang sejengkal dalam laut hendak diduga = bila tidak mampu melakukan sesuatu yang kecil (sederhana) jangan coba-coba untuk melakukan hal yang lebih besar.
  74. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah = kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tidak terbatas, sedangkan kasih sayang anak kepada orang tuanya tidak seberapa.
  75. ke bukit sama mendaki ke lurah sama turu = kesulitan dan kesenangan sama-sama dilalui bersama.
  76. Kecil termanja-manja besar terbawa-bawa = kebiasaan di masa kanak-kanak akan menjadi tabiat/kebiasaan di masa dewasa.
  77. Katak hendak jadi lembu = ingin meniru orang lain yang tidak sesuai dengan kapasitas da kemampuannya sendiri.
  78. Kalah membeli menang memakai = membeli dengan harga yang sangat mahal tetapi dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet)
  79. kemana kelok lilin ke sana kelok loyang = orang yang meminjamkan uang dan ingin memungut laba dari pinjamannya, maksudnya tak mungkin dihalangi.
  80. Kalah jadi abu, menang jadi arang = dalam sebuah pertengkaran, perkelahian, pertempuran, siapapun yang kalah atau menang sama-sama rugi.
  81. kalau tak ada api, tak mungkin ada asap = kalau tak ada peristiwa tak mungkin ada berita. Segala sesuatu ada penyebabnya
  82. laba sama dibagi rugi sama diterjuni = dalam keadaan rugi atau untung ditanggung bersama.
  83. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya = masing-masing tempat dihuni oleh orang dengan watak dan adat kebiasaan yang berbeda-beda.
  84. Lubuk akal tepian ilmu = orang yang pandai menjadi tempat untuk bertanya.
  85. Makan nasi serasa lilin, minum air serasa duru = keadaan yang sangat sedih dan susah sehingga segala sesuatu terasa menyakitkan.
  86. maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai = berkeinginan (cita-cita) tetapi tidak kesampaian.
  87. Malu bertanya sesat di jalan = karena tidak mau menanyakan kepada orang yang mengerti maka dia akan memahami dengan cara yang salah.
  88. Mati kesturi karena baunya = Orang merugi justru karena kelebihan yang dimilikinya.
  89. Membasuh muka dengan air liur = menambah keburukan diri sendiri.
  90. Meminta dedak kepada orang mengubik = meminta pertolongan kepada orang yang tidak mampu.
  91. Mempertinggi tempat jatuh = menambah kesalahan (hukuman) untuk diri sendiri.
  92. Menari di ladang orang = bersenang-senang tanpa mau memikirkan kesulitan orang lain.
  93. Mencari jejak dalam air = pekerjaan yang tidak mungkin.
  94. Menegakkan benang basah = pekerjaan yang tidak mungkin untuk dilakukan.
  95. Mengukur sama panjang, menimbang sama berat = bertindak dengan sangat adil.
  96. Menjemur sementara hari panas = melakukan tindakan yang bermanfaat selagi ada waktu luang.
  97. Menjilati air liur = Mencabut atau menarik kembali ucapan yang sudah terlanjur disampaikan.
  98. Murah di mulut mahal di timbangan = Mudah sekali berjanji tetapi sangat sulit untuk ditepati.
  99. Ombak kecil jangan diabaikan = jangan memandang rendah pada sesuatu yang kecil karena bisa berbahaya.
  100. Orang buta diberi sulu = memberikan sesuatu yang tidak pada tempatnya, maka akan menjadi pekerjaan yang sia-sia. Suluh = lampu.
  101. Pagar makan tanaman = Orang yang seharusnya menjaganya malah merusaknya.
  102. orang mengantuk didorongkan bantal = orang yang mendapat sesuatu yang sangat diinginkan.
  103. Panas hari lupa kacang akan kulitnya = setelah mendapat kesenangan, melupakan asal-usulnya (orang yang telah membantunya)
  104. Panas setahun dihapus oleh hujan sehari = Kebaikan yang sangat banyak diabaikan karena ada kesalahan sedikit.
  105. Pandai berminyak air = sangat pandai berpura-pura.
  106. Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna = pendapat dan ucapan hendaknya dipikirkan sebelum diucapkan karena menyesal di kemudian hari tidak  akan berguna lagi.
  107. Pikir itu pelita hati = pikiran dan akal itu sangat berkaitan dengan kejernihan / kecerahan hati.
  108. Pucuk dicinta ulam tiba = mendapat sesuatu yang lebih baik dari yang diharapkan sebelumnya.
  109. Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah = pemimpin yang adil akan dihormati oleh rakyatnya, raja yang lalim pasti akan ditentang oleh rakyatnya.
  110. Rendah gunung tinggi harapan = harapan yang sangat tinggi melebihi tingginya gunung.
  111. Sambil berdendang biduk hilir = mengerjakan sesuatu yang sangat mudah.
  112. Sambil berdiang nasi masak = mengerjakan pekerjaan yang mudah, mengerjakan dua hal yang menyenangkan tetapi sama menghasilkan.
  113. Sayang ibu sepanjang jalan, sayang anak sepanjang penggalah = kasih sayang seorang ibu tidak terbatas sedangkan kasih sayang anak kepada ibunya sangat pendek (dapat diukur)
  114. Sebab nila setitik rusak susu sebelanga. = karena kesalahan kecil maka rusak semua kebaikan yang sudah diperbuat.
  115. Sebelum hujan payung disediakan = mempersiapkan segala sesuatu yang bermanfaat di kemudian hari.
  116. Sedia payung sebelum hujan = mempersiapkan sesuatu sebelum kesulitan datang.
  117. Seekor kerbau berkubang, semua kena luluknya = yang salah hanya satu orang tetapi yang menanggung akibatnya adalah semua orang.
  118. Sehari selembar benang, setahun selembar kain = barang yang asalnya sedikit jika ditelateni akan menjadi banyak. Harus konsisten.
  119. Seikat jadi kuat, sehelai jadi gulai = bersatu kita teguh bercerai kita runtuh = jika bersatu akan menjadi kekuatan, jika individualis maka akan melemahkan.
  120. Sekali lancung ke ujian, seumur orang takkan percaya = sekali saja orang berbuat curang maka selama hidupnya orang tersebut tidak akan dipercaya.
  121. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui = mengerjakan banyak pekerjaan dalam satu waktu dan dapat terlaksana semua.
  122. Semahal-mahal gading kalau patah tiada berharga juga = seberapa tinggi derajat seseorang kalau sudah dicederai maka tidak akan dihormati lagi.
  123. Seorang makan cempedak, semua kena getahnya = akibat dari seseorang yang seenaknya sendiri harus ditanggung oleh banyak orang.
  124. Sepandai pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga = sepandai-pandai orang melakukan pekerjaannya dengan baik, maka suatu saat juga akan pernah gagal.
  125. Sepandai pandai tupai melompat, pasti akan gagal juga = sama dengan atas.
  126. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna = segala sesuatu hendaklah dipikir dulu, jangan sampai menyesal di kemudian hari karena tidak berguna.
  127. Setali tiga uang = sama saja.
  128. Setinggi-tinggi bangau terbang, hinggapnya ke kubangan juga = seberapa jauh orang pergi merantau tetap ingin kembali ke asalnya.
  129. Setitik menjadi laut, sekapal menjadi gunung = yang memiliki (harta) banyak, awalnya juga dimulai dari yang sedikit.
  130. Siang berpanas, malam berembun = orang yang sangat miskin, tidak memiliki rumah dan tidak memiliki tempat berteduh.
  131. Tak ada gading ang tak retak = tak ada sesuatu yang sangat sempurna.
  132. Takut titi lalu tumpah = takut merugi sedikit tetapi justru merugi banyak sekali.
  133. Tangan mencencang bahu memikul = berani berbuat harus berani bertanggung jawab.
  134. Terapung sama hanyut terendam sama basah = seiya sekata, sehina semalu dalam hidup berkeluarga = susah senang tetap dilalui bersama.
  135. Turutkan rasa binasa, turutkan hati mati = orang yang menurunkan hawa nafsunya akhirnya binasa (mati dengan tidak hormat), sedangkan orang yang menuruti kata hati akan tetap dihormati walau sudah meninggal.
  136. Tambah air tambah sagu = tambah pekerjaan yang dilakukan tentu akan menambah penghasilan juga.
  137. Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan = tetap tegar walau dalam hidupnya menghadapi banyak sekali cobaan.
  138. Tangan singkap hendak mengulur = orang yang tidak mampu tapi ingin menolong.
  139. Titian bisa lapuk janji bisa mungkir = jangan terlalu percaya pada janji yang diberikan orang lain, karena bisa saja tidak ditepati.
  140. Tertunggi baga kodok dalam lubang = seorang yang menderita berbagai kesukaran, mendapat banyak sekali kesulitan.
  141. Timbang berat sebelah = perbuatan yang tidak adil.
  142. Yang dikejar tiada dapat yang dikandung berceceran = mengejar keuntungan yang tidak berhasil, sementara penghasilannya justru menjadi hilang.
  143. Yang sejengkal tidak dapat jadi sehasta = takdir tuhan tidak dapat diubah oleh manusia.
  144. Tak ada padi bernas setangkai = tidak ada sesuatu yang sangat sempurna sehingga tidak punya kekurangan sedikitpun.
Jika diamati maka sebenarnya peribahasa yang ada di Indonesia sangat unik. Pasti tidak jauh dari tanaman dan alam sekitar. Mengapa demikian? silahkan cek di postingan berikutnya: PERIBAHASA DAN ALAM SEKITARNYA, BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA